Halaman

Selasa, 21 Oktober 2014

Struktur dan Organisasi Komputer

Struktur Komputer

      Definisi dari struktur computer adalah sebagai cara-cara dari tiap komponen saling terkait. Fungsi komputer didefinisikan sebagai operasi masing-masing komponen sebagai bagian dari struktur.  Adapun fungsi dari masing-masing komponen dalam struktur di atas adalah sebagai berikut:

1. Input Device
      Adalah perangkat keras komputer yang berfungsi sebagai alat untuk memasukan data atau perintah ke dalam computer. Contoh : Keyboard, Mouse, Scanner dll

2. Output Device
      Adalah perangkat keras komputer yang berfungsi untuk menampilkan keluaran sebagai hasil pengolahan data. Keluaran dapat berupa hard-copy (ke kertas), soft-copy (ke monitor), ataupun berupa suara. Contoh : Monitor, Speaker, Printer dll

3. I/O Ports
      Bagian ini digunakan untuk menerima ataupun mengirim data ke luar sistem. Peralatan input dan output di atas terhubung melalui port ini.

4. CPU (Central Processing Unit)
      CPU merupakan otak sistem komputer, dan memiliki dua bagian fungsi operasional, yaitu: ALU (Arithmetical Logical Unit) sebagai pusat pengolah data, dan CU (Control Unit) sebagai pengontrol kerja komputer.

5. Memori
       Memori terbagi menjadi dua bagian yaitu memori internal dan memori eksternal. Memori internal berupa RAM (Random Access Memory) yang berfungsi untuk menyimpan program yang kita olah untuk sementara waktu, dan ROM (Read Only Memory) yaitu memori yang haya bisa dibaca dan berguna sebagai penyedia informasi pada saat komputer pertama kali dinyalakan.

6. Data Bus
       Adalah jalur-jalur perpindahan data antar modul dalam sistem komputer. Karena pada suatu saat tertentu masing-masing saluran hanya dapat membawa 1 bit data, maka jumlah saluran menentukan jumlah bit yang dapat ditransfer pada suatu saat. Lebar data bus ini menentukan kinerja sistem secara keseluruhan. Sifatnya bidirectional, artinya CPU dapat membaca dan menirma data melalui data bus ini. Data bus biasanya terdiri atas 8, 16, 32, atau 64 jalur paralel.

7. Address Bus
       Digunakan untuk menandakan lokasi sumber ataupun tujuan pada proses transfer data. Pada jalur ini, CPU akan mengirimkan alamat memori yang akan ditulis atau dibaca.Address bus biasanya terdiri atas 16, 20, 24, atau 32 jalur paralel.

8. Control Bus
       Control Bus digunakan untuk mengontrol penggunaan serta akses ke Data Bus dan Address Bus. Terdiri atas 4 samapai 10 jalur paralel.


Organisasi Komputer

        Organisasi komputer adalah bagian yang terkait erat dengan unit – unit operasional dan interkoneksi antar komponen penyusun sistem komputer dalam merealisasikan aspek arsitekturalnya. Biasanya mempelajari bagian yang terkait dengan unit-unit operasional komputer dan hubungan antara komponen-komponen sister komputer.

        Contoh aspek organisasional adalah teknologi hardware, perangkat antarmuka, teknologi memori, dan sinyal – sinyal kontrol.Arsitektur komputer lebih cenderung pada kajian atribut – atribut sistem komputer yang terkait dengan seorang programmer. Contohnya, set instruksi, aritmetika yang digunakan, teknik pengalamatan, mekanisme I/O.

        Sebagai contoh apakah suatu komputer perlu memiliki instruksi pengalamatan pada memori merupakan masalah rancangan arsitektural. Apakah instruksi pengalamatan tersebut akan diimplementasikan secara langsung ataukah melalui mekanisme cache adalah kajian organisasional. Jika organisasi komputer mempelajari bagian yang terkait dengan unit-unit operasional komputer dan hubungan antara komponen sistem computer,dan interkoneksinya yang merealisasikan spesifikasi arsitektural.


contoh: teknologi hardware, perangkat antarmuka (interface), teknologi memori, sistem memori, dan sinyal–sinyal kontrol

Arsitektur Komputer

Arsitektur Komputer

    Dalam bidang teknik komputer, arsitektur komputer adalah konsep perencanaan dan struktur pengoperasian dasar dari suatu sistem computer.Biasanya mempelajari atribut-atribut sistem komputer yang terkait dengan eksekusi logis sebuah program. Arsitektur komputer ini merupakan rencana cetak-biru dan deskripsi fungsional dari kebutuhan bagian perangkat keras yang didesain (kecepatan proses dan sistem interkoneksinya). Dalam hal ini, implementasi perencanaan dari masing–masing bagian akan lebih difokuskan terutama, mengenai bagaimana CPU akan bekerja, dan mengenai cara pengaksesan data dan alamat dari dan ke memori cache, RAM, ROM, cakram keras, dll). Beberapa contoh dari arsitektur komputer ini adalah arsitektur von Neumann, CISC, RISC, blue Gene, dll.

   Arsitektur komputer juga dapat didefinisikan dan dikategorikan sebagai ilmu dan sekaligus seni mengenai cara interkoneksi komponen-komponen perangkat keras untuk dapat menciptakan sebuah komputer yang memenuhi kebutuhan fungsional, kinerja, dan target biayanya. Arsitektur komputer mempelajari atribut - atribut sistem komputer yang terkait dengan seorang programmer, dan memiliki dampak langsung pada eksekusi logis sebuah program. Sebagaimana contoh : set instruksi, aritmetika yang digunakan, teknik pengalamatan, mekanisme I/0.

Arsitektur komputer ini paling tidak mengandung 3 sub-kategori:
1.    Set instruksi (ISA)
2.    Arsitektur mikro dari ISA, dan
3.    Sistem desain dari seluruh komponen dalam perangkat keras komputer.

Etika Penulisan Di Dunia Internet

Etika Penulisan Dalam Internet

Salah satu layanan yang diberikan oleh internet adalah sharing atau yang artinya berbagi informasi dalam berbagai bentuk, seperti gambar, suara, video dan juga dokumen. Yang saya bahas dalam tulisan ini adalah bagaimana kita men-sharing, berbagi dan saling tukar menukar pikiran dan pendapat dalam bentuk tulisan dimana tulisan tersebut kita masukkan kedalam sebuah Personal Blog. Di dalam blog ini, tidak hanya kita sebagi pemilik yang dapat mengaksesnya, melainkan seluruh orang di dunia juga dapat mengaksesnya. Maka dari itu sahabat pembaca sekalian, didalam penulisan tentang berbagai informasi ataupun curahan hati didalam media internet mempunyai aturan main tersendiri baik tertulis maupun tidak tertulis.

Dalam hal ini penulisan pada internet juga mempunyai etika-etika tersendiri. Penulisan di internet juga tidak bisa sesuka hati atau semau anda sendiri, melaikan harus dengan etika-etika yg sudah tercantum. Di dunia maya aturan-aturan atau kaidah hukum bersifat tertulis maupun tidak tertulis.

Didalam penulisan diinternet kita dituntut untuk mentaati semua peraturan yang tealah ditetapkan. Etika menulis di internet ini adalah pendapat pribadi tentang sopan santun menulis di dunia maya. Seperti yang telah ditulis dalam tulisan sebelumnya tentang etika komunikasi di milis, bahwa dunia maya juga mempunyai aturan-aturan dan sopan santun yang harus kita pahami.  Sering sekali seseorang dengan seenak hati menulis di blog, mengirimkan pesan melalui email, mengirimkan atau mempublish dokumen elektronis lainnya (gambar, video, tulisan dan bentuk2 lainnya) tanpa memperhatikan aturan dan etikanya.

Banyak cara yang dapat digunakan dalam mengeluarkan pendapat, salah satunya dengan menulis. Saat ini yang banyak digunakan yaitu menulis melalui internet. Tetapi banyak aspek yang belum diketahu sesorang, terutama mengenai etika dalam menulis melalui internet. Etika menulis di internet merupakan pendapat masing-masing orang mengenai tata cara atau sopan santun menulis di dalam dunia maya.

Dunia maya memiliki aturan-aturan dan sopan santun yang harus dipahami setiap orang. Banyak yang kita jumpai seseorang yang menulis tanpa menggunakan aturan atau sopan santun yang semestinya, mengirimkan dengan menggunakan email, mempublikasikan dokumen elektronik seperti gambar, video dan tulisan-tulisan dalam bentuk lain tanpa memperhatikan kode etik yang semestinya. 

Dibawah ini saya cantumkan berbagai macam etika dalam penulisan di internet yaitu :

1. Tidak mengandung unsur SARA
2. Tidak diperbolehkan menggunakan kata-kata kasar atau menyinggung perasaan seseorang
3. Menggunakan kalimat sesuai EYD
4. Tulisan yang dibuat bukan hasil plagiat atau mencontek
5. Tulisan harus sebuah fakta bukan kebohongan
6. Menulis untuk memberikan informasi yang berguna bagi pembacanya
7. Tidak menulis sesuatu yang bersifat negatif dan menimbulkan provokasi


Kita memang mempunyai kebebasan dalam menyalurkan pendapat, ttapi kita juga harus ingat bahwa kebebasan itu juga ada batasnya, selama apa yang kita tulis dan kita publikasikan itu tidak merugikan orang lain dan bermanfaat . Beberapa poin diatas minimal harus kita terapkan, karena jika kita tidak memperhatikannya , mungkin saja tulisan yang kita buat dapat merugikan ataupun membuat perpecahan kepada orang lain.

Rabu, 25 Juni 2014

Tugas 3, Membuat Catu Daya Digital dengan menggunakan DAC

Memanfaatkan DAC sebagai Pembuatan Catu Daya Digital

     Konsep pembuatan catu daya digital ini adalah memanfaatkan DAC (digital to analog converter) yang telah dikuatkan oleh rangkaian penguat sebagai pengendali tegangan outputnya, dan sebagai feed back nya, penulis menggunakan ADC 10 bit mikro ATMega16 untuk mengukur tegangan outputnya secara pasti. Tegangan output catu daya ini bisa di-set mulai 0 volt sampai 32 volt DC dg arus maksimumnya ±1,5 Amper. Diagram bloknya seperti di bawah ini:



      Sebagai pusat kendali adalah ATMega16. Yang berfungsi memberikan output biner 1 dan 0 sebanyak 16 bit secara paralel ke rangkaian DAC. dan melakukan pembacaan tegangan output akhir dg ADC 10 bit internalnya.  Rangkaian sistem minimumnya seperti ini:








      DAC yang digunakan adalah rangkaian R2R ladder yang mengkonversi nilai biner 16 bit ke besaran tegangan analog. Dikatakan R2R ladder karena mirip seperti tangga yang menaikkan tegangan outputnya sebesar Vref/65536 volt setiap penambahan 1 bit pada masukannya. Rangkaian R2R laddernya seperti di bawah ini:



      Nilai output tegangan DACnya adalah Z*(Vcc/((2^n)+1))), dengan Z adalah bilangan desimal 16 bit (mulai 0 s/d 65535) Vcc adalah 5 volt, n = jumlah bit, yaitu 16 bit. Sehingga output DACnya bisa disederhanakan menjadi DAC out = Z*(5Volt/65536) volt. Nilai z ditentukan dengan memberikan logika 1 atau 0 (5volt atau 0 volt) pada PORTB dan PORTD mikro. Bila PORTB dan PORTD mikro berlogika 1 semua (0Xff) didapatkan: 
Z=1*(2^15)+ 1*(2^14)+ 1*(2^13)+………. +1*(2^1)+ 1*(2^0)=65535 maka DAC out nya adalah 65535*(5volt/635536) = 4,9999237060546875 atau mendekati 5 volt (maksimum).
      Rangkaian penguat berfungsi mendapatkan tegangan dan arus output yang lebih besar, karena catu daya ini didesain untuk tegangan output maksimum 32 volt.  Mengandalkan output tegangan DAC saja tentunya tidak cukup karena maksimumnya hanya 5 volt. Rangkaian penguat ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu penguat tegangan dan penguat arus, Komponen utama penguatnya adalah transistor.


 




      Sebagai penguat tegangan, digunakan transistor BC547 dan BC557 yg memiliki gain cukup besar. Besarnya gain (penguatan) tegangan di atas ditentukan oleh R2 dan R3 sebesar (R2+R3)/R3 atau sekitar 7,8 kali tegangan DAC. Untuk pnguat arusnya digunakan rangkaian darlington kombinasi TIP122 dan jengkol 2N3055 sehingga drop tegangan output anggaplah sekitar 0,7×2 volt = 1,4 volt (drop tegangan basis-emitor ). Anggaplah tegangan DAC maksimum adalah 5 volt, maka output penguatnya adalah (5×7,8)-1,4 volt = sekitar 37,6 volt.

      Tapi hal ini tidak mungkin terjadi karena maksimum tegangn input DC yang digunakan adalah 35 volt. Sehingga maksimum teg. Outputnya  ya  sekitar 35 volt – 1,4 volt = 33,6 volt saja. Dari sini rangkaian di atas sudah cukup bila digunakan untuk mendesain catu daya tegangan output dari 0 s/d 32 volt.

      R4 dan R5 di atas berfungsi sebagai rangkaian pembagi tegangan agar tegangan output nya dpat dibaca oleh mikro. Tegangan output catu daya maksimum adlah 32 volt. Bila langsung dibaca oleh mikro.. bisa bisa pin mikronya langsung meleduk (kobong):D, untuk itu diperlukan rangkaian penurun tegangan seperti di atas.  Tegangan drop pada pin “teg.” Adalah Vout x R5/(R4+R5) atau 32 volt x 150k / 1150k atau sekitar 4,17 volt.

      Nilai inilah yang maksimum terbaca oleh ADC sehingga mikro masih aman.. R4 dan R5 sengaja dibuat besar agar tidak terjadi drop arus pada beban outputnya . Sedangkan R Shunt di atast fungsinya untuk sensitivitas pengukuran arus beban pada output. R shunt dibuat sekecil mungkin agar tidak terjadi drop tegangan dan arus yang terlalu besar pd output.

           Bagaimana kita tahu arus pada beban..?  caranya adalah dg mengukur tegangan pada R shunt melalui ADC mikro dan membaginya dengan nilai R shunt.. misal, diketahui R shunt adalah 0.2 ohm dan tegangan pada pin “arus” yang yg terbaca mikro adalah 100 mVolt, maka Arusnya sekitar 100 mVolt/0.2 ohm = 500 mA.

     ADC seperti telah di jelaskan di atas. Terdpt dua channel ADC yang digunakan , yaitu channel 0 (PORTA.0) dan channel 1 (PORTA.1). channel 0 untuk mengukur tegangan output sedangkan channel 1 untuk arusnya. ADC yang digunakan 10 bit sehingga resolusi tegangan output yang bisa diukur adalah Vcc/1024, yaitu sekitar 4,88 mV. Nilai tegangan dan arus yang terbaca ini kemudian digunakan sebagai masukan kendali DAC oleh mikro ATMega16, bila tegangan output kurang dari set point, maka mikro harus menambah nilai DAC nya untuk menambah tegangan dan sebaliknya. Sehingga didapatkan tegangan output yang fix sesuai set point yang diatur pada program.
Rangkaian keseluruhan sistem seperti dibawah.







       Setelah merancang hardware, saatnya membuat software/algoritma pengendalian tegangan dan arusnya.. secara umum algoritma untuk regulasi tegangan adalah dengan membaca tegangan dari sambungan “teg.” melalui ADC pada PINA.0. tegangan tersebut dikalikan dg suatu konstanta untuk kalibrasi dg tegangan output sebenarnya. Bila tegangan kurang dari tegangan set point-20 mV maka tegangan output DAC ditambah terus, sebaliknya bila tegangan output catu daya lebih dari set point+20 mV maka tegangan output DAC dikurangi. 20 mV adalah toleransi setpoint tegangan output. Untuk regulasi arus pada sumber arus prinsipnya sama, dg membaca tegangan R shunt pada ADC PINA.1 dan membaginya dengan 0.2 ohm (hambatan R shunt/lihat rangkaian di atas). lebih jelasnya, flow chart sistem umumnya seperti ini :



sumber :

Tugas2, Flowchart rancangan alat : Catu Daya

Catu daya (power supply) merupakan suatu rangkaian elektronik yang mengubah arus listrik bolak-balik (AC) menjadi arus listrik searah (DC). Catu daya ini berfungsi sebagai sumber tenaga listrik misalnya pada baterai atau accu.

catu daya yang saya bahas ini,adalah catu daya keluaran 5v
komponen-komponen yang diperlukan:
  • Trafo, Kabel power, PCB, FeCl3, spidol, kertas, solder, timah, alat bor

Kedua, komponen-komponen yang kita gunakan diantaranya :
  • Dioda bridge 4A
  • Resistor 0.1 Ohm, 100 Ohm, 270 Ohm
  • Kapasitor polar 4700uF / 50V
  • Transistor TIP2955
  • IC 7805 dan 7905
  • Kapasitor 10 uF / 35V
  • Fuse 2A
  • LED merah dan hijau
  contoh skema rangkaian dan flowchart cara kerja catu daya 5 Volt :

 Gambar 1. Skema Rangkaian Catu Daya 5 Volt


flowchart :
  


Gambar 2. Flowchart Catu Daya 5 Volt

Langkah-langkah pembuatan catu daya 5 Volt : 

  1. Buatlah layout pada kertas seperti gambar skema rangkaian di atas.
  2. Tempel kertas layout tersebut pada papan PCB, bor sesuai layout yang telah dibuat dengan menggunakan alat bor. Jika sudah selesai, lepas kertasnya.
  3. Salin jalur hasil layout ke papan PCB dengan menggunakan spidol permanen.
  4. Jemur papan PCB sampai spidol benar-benar kering.
  5. Larutkan papan PCB ke dalam larutan FeCl3 hingga tembaganya hilang.
  6. Susun dan solder komponen pada PCB sesuai dengan layout yang telah dibuat.
  7. selesai sudah langkah-langkahnya.

Selasa, 01 April 2014

Rancangan Catu Daya

Catu Daya 12 Volt 1 Ampere Yang Dilengkapi Batere Cadangan


Hai Sobat semua, kali ini penulis ingin mengulas rangkaian elektronik berkaitan dengan catu daya. Tapi sebelumnya ingin “mengobrol” terlebih dulu agar tidak suntuk.

     Semua pasti sudah tahu jika listrik merupakan bagian dari hidup dan menjadi salah satu kebutuhan yang vital dalam kehidupan kita. Terutama bagi yang tinggal di daerah perkotaan maka kebutuhan itu terasa begitu mutlak. Mulai dari sistem penerangan rumah yang tentunya sudah meninggalkan lampu berbahan bakar minyak dan total menggunakan lampu yang didayai oleh listrik. Belum lagi pompa air dan perangkat listrik lainnya yang menjadi pelengkap dalam rumah tangga.

     Rasanya sulit bagi kita hidup tanpa adanya sumber listrik. Karena ke mana pun kita pergi maka akan dijumpai bahwa hampir semua membutuhkan listrik. Ketika kita keluar rumah dan menggunakan kendaraan bermotor jenis apa pun, ada penggunaan listrik di sana. Lampu lalu lintas dan penerangan jalan, sarana transportasi dan komunikasi, bahkan sesampainya di tujuan manapun baik kantor atau tempat usaha atau lainnya maka di situ ada listrik. Bahkan listrik begitu melekat dengan tubuh kita, bukankah dalam saku kita kadang dijumpai perangkat komunikasi seluler yang hidup dengan listrik mengalir di dalamnya?

Sepertinya banyak yang dapat dibicarakan dari salah satu sumber kebutuhan kita berupa listrik. Diakui atau tidak, hidup kita memang sudah dikuasai oleh ketersediaannya dalam menjalani rutinitas kehidupan.

    Tahukah Sobat? Listrik bukan sesuatu yang selalu ada sepanjang hari. Ia juga salah satu produk manusia yang memerlukan berangkat untuk menghasilkannya. Secara komersial listrik dihasilkan dari pembangkit-pembangkit listrik raksasa berdaya jutaan bahkan milyaran watt. Listrik yang dihasilkan dari mesin-mesin pembangkit berupa generator baik untuk menjalankannya menggunakan tenaga air (PLTA), tenaga uap (PLTU), tenaga diesel (PLTD) bahkan sampai teknologi nuklir (PLTN) masih harus didistribusikan dari lokasi pembangkit ke seluruh konsumen yang nota bene berjarak sangat jauh. Dalam pendistribusian tersebut dapat kita lihat dari banyaknya menara-menara penghantar SUTET dan mungkin Sobat pernah menjumpai gardu induk ketika sedang dalam perjalanan menuju ke suatu tempat atau setidaknya transformer distribusi di dekat tempat tinggal.

    Nah sumber listrik yang menjadi kebutuhan kita ternyata dalam pendistribusiannya tidaklah sederhana. Dari pembangkit hingga sampai kepada kita saja sudah berapa banyak perangkat yang digunakan dan semua adalah buatan pabrik berupa mesin industri. Dan jika berbicara mengenai perangkat mesin dalam industri listrik, maka semua pasti ada kendala. Untuk meminimalisir kendala maka diperlukan perawatan berkala dan perbaikan kerusakan yang ada agar penyediaan kebutuhan listrik senantiasa terjaga.

    Selanjutnya, berkaitan dengan perawatan atau perbaikan maka kita kadang menjumpai istilah “gangguan listrik” yang pada akhirnya akan kita rasakan dampaknya yaitu “pemadaman listrik sementara”. Efek yang ditimbulkan dari akibat pemadaman tersebut, sepertinya Sobat semua pasti sudah sangat paham, tergantung kapan dan di mana Sobat berada saat terjadi pemadaman tersebut. Bisa senang ataupun tidak, tapi yang pasti banyak dukanya. Apalagi jika Sobat sedang menonton acara final sepak bola dari tim kesayangan dan tiba-tiba listrik padam.

    Banyak cara dilakukan untuk menghadapi “pemadaman listrik sementara”. Gedung-gedung perkantoran, perbelanjaan atau instalasi publik lain melengkapi sistem kelistrikan mereka dengan menyediakan set generator (genset) yang dapat digunakan selama pemadaman dan menjaga kelangsungan aktifitas di tempat tersebut. Bagi Sobat yang mampu juga terkadang melengkapi rumah dengan sebuah genset yang ukuran dan dayanya disesuaikan dengan kebutuhan.

    Terjadinya peristiwa pemadaman listrik oleh penyelenggara (PLN) dan proses pemindahan sumber listrik utama ke cadangan menggunakan genset baik secara manual ataupun otomatis, keduanya membuahkan sebuah istilah “byar-pet”. Pada proses pemindahan tersebut sudah pasti terjadi masa “kekosongan” di mana sumber listrik benar-benar hilang dan semua perangkat listrik standar secara otomatis tidak berfungsi sementara kecuali beberapa perangkat vital yang dilengkapi dengan sumber cadangan darurat baik dengan UPS (un-interruptible power supply) atau batere cadangan (emergency backup battery) pada panel catu dayanya.

Nah, obrolan ngalor-ngidul kita sudah mulai menyentuh topik utama nih.

     Beberapa perangkat listrik vital atau sangat penting yang biasanya terdapat di rumah sakit, instalasi komunikasi massal atau instalasi data, kantor-kantor dengan sistem komputernya dan tempat penting lainnya jelas tidak boleh terganggu operasinya pada masa “kekosongan” tersebut terjadi. Salah satu cara menangani dampak kekosongan tersebut maka digunakan sebuah sumber cadangan listrik yang tentu hanya bersifat sementara sampai terjadinya peralihan daya yaitu penggunaan UPS. Kemampuan sistem UPS untuk menggantikan sumber utama sangat bergantung pada kapasitas batere yang menjadi sumber listrik bagi perangkat itu sendiri. Kapasitas batere dalam ukuran sekian Ah (ampere per jam) akan dibandingkan dengan kebutuhan daya yang digunakan dan semakin besar berarti semakin lama.

    Batere sebagai salah satu komponen yang hadir sebagai pahlawan saat kepergian sementara sumber listrik utama akhirnya menjadi sangat penting dan perlu untuk diperhatikan. Kapasitas batere yang dibedakan dalam ukuran amper per jam dan jenisnya yang beragam patut dipertimbangan saat pemilihan sehingga sesuai dengan kebutuhan. Masih berkaitan dengan UPS pula maka pada umumnya batere yang digunakan adalah jenis asam timbal (lead sealed acid) dan biasanya menggunakan jenis bebas perawatan (free-maintenance). Penggunaan batere asam timbal hingga saat ini masih menjadi pilihan tertinggi dan termurah dibandingkan jenis lainnya apalagi jenis ini memiliki kapasitas yang besar sesuai dengan ukuran fisiknya.

Lalu, apakah semua perangkat listrik vital menggunakan UPS sebagai sumber listrik darurat? Jawabannya tentu saja tidak.

     Hampir sebagian besar perangkat listrik, di dalamnya memiliki sistem catu daya. Sumber tegangan yang digunakan untuk mendayai komponen-komponen listrik dan elektronik di dalamnya berbeda-beda antara satu jenis dan jenis lainnya. Ada perangkat yang memerlukan sumber tegangan tunggal tapi ada yang beragam (multi). Sobat sendiri pasti paham bagaimana sebuah PC di dalamnya terdapat catu daya yang menghasilkan beberapa sumber tegangan yang berbeda-beda yaitu dari -12 volt, -5 volt, 3,3 volt, +5 volt dan +12 volt. Memang tidak semua perangkat elektronik memerlukan suber tegangan dengan arus DC (dirrect current) ada juga yang AC (alternating current), ada yang diturunkan nilainya (step down) dan ada pula yang dinaikkan (step up). Nah, bagaimana pun sebuah catu daya harus menghasilkan keluaran untuk semua sumber tegangan yang dibutuhkan perangkat tersebut dari masukan sumber listrik utama di mana di tempat penulis di Indonesia adalah 220 Vac (sumber tegangan arus bolak-balik) dengan frekuensi 50 Hz.

    Di atas tadi penulis sempat menjawab tidak semua perangkat penting terhubung dengan UPS. Dari panel beberapa perangkat tertentu, pada sistem catu dayanya dilengkapi dengan batere cadangan (backup baterry). Pada panel perangkat keselamatan dan keamanan (safety and security) yang berkaitan dengan sistem akses dan alarm, bahkan pada panel sistem komunikasi dan data yang bersifat lokal melengkapi sistem catu dayanya dengan fasilitas batere cadangan. Berbagai perangkat tersebut umumnya bekerja pada tegangan 12 volt dan ada yang 24 volt maka penggunaan batere dapat disesuaikan dengan tegangan tersebut. Penulis juga pernah menemukan sebuah perangkat yang ternyata menggunakan batere 6 volt.



    Wah, sepertinya setelah informasi di atas, kita akan langsung membahas mengenai rangkaian catu daya yang dilengkapi dengan fasilitas batere cadangan.

    Bergantung pada jenis batere yang digunakan karena jenisnya yang berbeda sehingga karakteristik yang ditampilkan juga berlainan maka sebuah perangkat catu daya harus disesuaikan dengan batere tersebut. Pada tulisan ini, pembatasan masalah (seperti skripsi saja), adalah catu daya konvensional dan penggunaan batere yang dapat diisi ulang (rechargeable) jenis asam timbal berukuran 12 volt dengan kapasitas 1,2 Ah. Penggunaan jenis batere lain seperti NiCd (nickel cadmium) dan keturunannya atau Li-Ion (lithium ion) dan keturunannya bisa jadi akan dibahas pada kesempatan lain, jika diperlukan dan Tuhan menghendaki.

    Sebuah rangkaian catu daya yang menghasilkan keluaran dengan besar tegangan 12 Vdc dan kemampuan arus mencapai 1 ampere. Catu daya juga harus dilengkapi dengan fasilitas pengisi batere asam timbal. Selain itu catu daya juga harus memiliki sistem deteksi kegagalan sumber utama. Secara global, sistem catu daya tersebut dapat digambarkan pada diagram di bawah ini:



Sesuai diagram blok di atas, terdapat 3 bagian dari sistem catu daya kita, yaitu penurun dan regulator tegangan, unit pengisi batere serta unit kendali keluaran.


Kita mulai dari penurun dan regulator tegangan.

    Untuk rangkaian penurun dan regulator tegangan merupakan sebuah catu daya tersendiri. Di pasaran unit ini sering disebut adaptor atau power supply. Jenisnya sendiri ada 2 yaitu konvensional dan switching. Sesuai pembatasan masalah, kita akan melihat sebuah catu daya konvensional. Ada 4 urutan sesuai bagian dari diagram sebuah catu daya konvensional, yaitu penurun tegangan, penyearah, filter dan regulator.



      Untuk menurunkan tegangan listrik utama, dibutuhkan sebuah transformer penurun tegangan. Sebuah transformer memiliki 2 gulungan yang terdiri dari gulungan primer yang terhubung ke listrik utaman sebagai sumber tegangan dan gulungan sekunder yang menjadi keluarannya. Besar tegangan keluaran dari sekunder disesuaikan dengan kebutuhan dan pada rangkaian kita setidaknya membutuhkan 15 VAC. Gulungan sekunder dari transformer sendiri terdiri dari 2 jenis yang akan membedakan rangkaian penyearahnya, yaitu gulungan tunggal dan ganda dengan titik tengah atau center tap (CT). Jadi jika Sobat menggunakan gulungan tunggal maka keluaran sekunder terdiri dari 2 saluran yaitu 0V dan 15V. Sementara jika menggunakan jenis CT maka ada 3 yaitu 15V – CT – 15V.

Penyearah tegangan terdiri dari 1 atau beberapa buah komponen dioda. Jenis penyearahan sendiri terdiri dari 2 bentuk yaitu penyearah setengah gelombang (half wave rectifier) yang diperlihatkan pada gambar A di bawah ini dan penyearah gelombang penuh (full wave rectifier) pada gambar B dan C.



    Setelah penyearah, kita sudah mendapatkan sebuah keluaran tegangan DC tapi belum selesai dan mungkin tak bisa diimplementasikan pada perangkat elektronik karena meski sudah searah tapi masih berbentuk gelombang. Untuk itu diperlukan filter atau penyaring tegangan. Filter tegangan ini sendiri ada yang sederhana saja yaitu hanya menggunakan sebuah kapasitor namun ada juga yang dilengkapi dengan induktor.



    Tegangan keluaran setelah filter sudah dapat digunakan pada rangkaian elektronika karena sudah bersih dan rata meski mungkin masih mengandung sedikit riple tegangan. Ada rumusan yang biasa digunakan untuk menentukan hasil tegangan keluaran. Tegangan berbentuk gelombang yang dihasilkan pada sekunder diukur dari titik 0V dan tinggi gelombang pada tegangan puncak di sebut Vpeak atau Vp. Sebuah amplitudo tegangan terdiri +Vp dan -Vp yang akhirnya disingkat Vp-p yaitu tegangan puncak ke puncak. Tegangan keluaran rata-rata sebuah penyearah biasanya dihitung menurut rumusan:

Vrms = 1,3 x Vp-p

    Untuk membuktikan rumus tersebut, Sobat bisa menggunakan AVO meter dengan mengukur tegangan masukan  AC dan keluaran DC. Maka bisa jadi tegangan keluaran dari rangkaian kita sesuai keterangan di atas mencapai 19 VDC. Tapi itu juga tergantung dari transformer yang digunakan dan pabrikan yang membuat. Karena sering kita menjumpai ada 2 jenis transformer di pasaran yaitu murni dan tidak murni.

    Tapi besaran tegangan yang dihasilkan tersebut di atas juga masih bergantung pada tegangan listrik dari PLN yang tidak sama pada setiap tempat. Contoh di daerah pinggiran ibukota, aku pernah mengukur hanya 170 VAC. Di rumah lama penulis sekitar 220 VAC, dan rumah baru 210 VAC. Jadi tegangan keluaran catu daya sampai tahap di atas juga akan mengikuti sumbernya.

    Untuk mengatasi hal tersebut maka digunakanlah sebuah regulator tegangan. Banyak jenis rangkaian regulator  dari yang menggunakan resistor dan dioda, menggunakan transistor hingga yang rumit bahkan ada juga komponen siap saji (maksud penulis siap pakai) seperti yang biasa penulis gunakan untuk mendapatkan tegangan stabil yaitu seri AN78— dimana 7812 untuk keluaran 12V, 7805 untuk 5V dal lain-lain untuk 5, 6, 9, 15 dan juga jenis regulator negatifnya yaitu seri AN79. Komponen jenis lain boleh saja sesuai keinginan termasuk jika tegangan keluarannya ingin dapat diatur, biasa menggunakan LM317 dan sejenisnya.



    Gambar di atas memperlihat 4 contoh regulator. Masih banyak lagi jenis dan rangkaian regulator termasuk yang menggunakan sistem switching. Tapi penulis sering menggunakan rangkaian gambar C dan D dengan alasan praktis. Untuk gambar D biasanya untuk catu daya dengan R2 biasanya diganti dengan variable resistor.


Bagian kedua adalah unit pengisi batere.

    Sobat yang baik, kita akan membangun sebuah pengisi batere. Sekali lagi, sesuai pembatasan di atas, kita akan membuat rangkaian pengisi batere jenis sealed lead acid atau SLA dengan tegangan batere 12 volt dan kapasitas 1,2 Ah. Sudah barang tentu untuk dapat membangun sebuah rangkaian pengisi maka kita wajib terlebih dulu mengenal karakteristik dari sebuah batere SLA.

    Batere SLA atau kadang kebanyakan orang menyebutnya aki atau accu (accumulator) terutama oleh kalangan otomotif, memiliki karakteristik yang perlu dipahami dalam penggunaannya. Batere SLA adalah jenis rechargeable atau dapat diisi ulang. Pada sebuah batere SLA di dalamnya terdapat lembaran sel berbentuk pelat logam yang merupakan elektroda positif dan negatif. Kedua pelat atau elektroda penghantar (lead) dibuat dari bahan logam campuran berbahan dasar timbal (Pb),  di mana pada kondisi bermuatan penuh, pelat negatif adalah timbal (Pb) dan pelat postitif merupakan timbal oksida (PbO2). Pelat dirancang khusus saling bersisian dalam konstruksinya untuk memperoleh luas permukaan yang besar. Di antara pelat elektroda disisipkan bahan sejenis serat kaca agar tidak terjadi hubungan langsung dari keduanya. Kemudian untuk memperoleh reaksi kimia yang menghasilkan arus dan tegangan maka kedua pelat direndam dalam cairan elektrolit berupa larutan asam sulfat (H2SO4) dengan kadar 4,2 mol atau 33,5%.

    Saat proses pembuangan muatan sebagai akibat digunakan atau didiamkan dalam jangka waktu yang lama, kedua pelat cenderung berubah menjadi timbal sulfat (PbSO2) dan larutan asam sulfat semakin kehilangan molaritasnya dan didominasi menjadi air (H2O). Untuk mengembalikannya dilakukan proses elektrolisa atau pengisian dengan arus listrik dan tegangan. Dalam proses pengisian dengan tegangan tinggi menghasilkan gas hidrogen dan oksigen, itu mengapa kita harus sering melakukan pemeriksaan berkala untuk menambahkan air ke dalam batere SLA yang menguap. Untuk pemahaman maka kita menyebut batere jenis ini sebagai batere SLA terendam.

    Berbeda dengan batere SLA jenis “bebas perawatan” yang menggunakan teknologi katup asam timbal diatur (VRLA, valve regulated lead acid). Larutan asam sulfat diserapkan pada separator sehingga terkesan seperti gel dan memungkinkan untuk proses rehidrasi. Kadang kebanyakan dari kita menyebutnya dengan batere kering meski sebenarnya tidaklah persis seperti itu kenyataannya. Jenis ini juga lebih populer digunakan meski tidaklah benar-benar 100% bebas perawatan. Justru batere SLA jenis VRLA ini memerlukan kehati-hatian yang tinggi dalam pengisian dan penggunaan.

Sejenak kita sudah mengobrol dan seakan menjadi ahli kimia. Saatnya kita mengenal karakteristik kelistrikan dari batere SLA terutama untuk keperluan proses pengisian.

    Perlu Sobat ketahui atau menyegarkan kembali bahwa sebuah sel dari batere SLA mampu membangkitkan tegangan sebesar 2,1 volt pada kondisi bermuatan penuh. Sehingga batere 12V yang terdiri dari 6 sel akan menghasilkan 12,6 volt.

    Untuk membuat agar muatan batere tetap terjaga maka diperlukan pemberian tegangan konstan secara terus menerus. Besarnya tegangan yang harus diberikan berbeda-beda antara jenis batere di mana jenis batere SLA terendam membutuhkan tegangan sebesar 13,9 volt sementara untuk jenis VRLA atau elektrolit gel sekitar 13,4 volt. Pemberian tegangan yang tidak sesuai baik kurang atau berlebihan memberi efek sama buruknya terhadap umur dari batere itu sendiri. Tegangan yang kurang cukup akan menimbulkan proses kimia dari larutan asam sulfat yang menimbulkan kristalisasi timbal sulfat sementara kristalisasi ini akan menyebabkan kemampuan batere menurun. Hal yang sama terjadi ketika batere disimpan dalam waktu yang lama. Sementara pemberian tegangan terus menerus yang berlebihan dapat menyebabkan proses korosi atau karat pada elektroda dan kehilangan elektrolit. Ini sebabnya mungkin sering Sobat lihat karat pada terminal (terutama terminal positif) pada sisi luarnya karena biasanya bagian dalam tak terlihat dan secara fisik batere juga tampak mengembung.

Nilai di atas tidak mutlak karena tergantung pada rekomendasi pabrik pembuatnya yang bisa bisa Sobat lihat karena tertulis pada wadah batere itu sendiri.

    Batere SLA dinyatakan dalam kondisi kosong dan perlu segera diisi apabila pada keadaan tanpa beban tegangan maka tegangan terminal terukur sebesar 11,7 volt. Apabila batere tersebut dibebani maka tegangan terukur adalah 10,5 volt.

Ada 2 teknik dalam pengisian batere yaitu pengisian dengan pemberian arus konstan dan pengisian dengan tegangan konstan.

    Pada pengisian arus konstan, lama pengisian bergantung pada kapasitas batere dan untuk batere berkapasitas 1,2 Ah kemudian arus konstan sebesar 0,1C dari kapasitas (initial current) memerlukan waktu selama 10 jam. Pada wadah batere SLA jenis VRLA biasa tertulis nilai maksimal dari initial current yang berkisar pada 0,4C di mana secara teoritis berarti lama pengisian adalah 2,5 jam. Dalam prakteknya hal ini tidak mungkin.

    Tidak seperti batere NiCd atau Li-Ion, maka batere SLA tidak dapat dilakukan dengan cara pengisian cepat hingga di bawah 5 jam. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti efek panas yang ditimbulkan, umur batere dan tegangan terminal saat pengisian.

    Pada pengisian cepat dengan arus 0,4C maka ketika proses pengisian berlangsung dan tegangan batere mencapai  14,4 volt, ini berarti batere SLA memasuki kondisi rawan karena pada tegangan tersebut merupakan ambang pelepasan gas dan proses pengisian harus dihentikan. Hal ini biasanya tercapai sekitar 2 jam dan batere pada kondisi ini belum sepenuhnya terisi (belum 100%). Untuk mencapai pengisian penuh perlu dilanjutkan dengan pengisian pada tegangan konstan sebesar 14,4 volt setidaknya selama 3 sampai 4 jam lagi. Jadi total waktu pengisian lamanya kurang lebih 5 jam.

    Berikut adalah karakteristik sistem pengisian batere SLA sesuai prosedur di atas. Garis warna merah menunjukkan arus pengisian yang mengaliri batere, sementara garis warna hijau menggambarkan tegangan pada elektroda batere. Pada periode waktu 0 sampai 2 jam, pengisian batere dilakukan dengan CC (current cycle) atau pengisian arus tetap. Periode setelahnya di mana tegangan batere telah mencapai 14,4 volt adalah dengan VC (voltage cycle) atau pengisian dengan tegangan tetap.



    Nah, unit pengisi batere yang akan dibuat dapat mengadopsi karakteristik tersebut namun untuk menjaga umur batere lebih lama alias awet maka pengisian dengan 0,4C tidak disarankan. Dari baynyak referensi maka arus pengisian yang ideal adalah di bawah 0,1C. Secara teoritis biasanya batere SLA memiliki siklus pengisian dan pembuangan (recharge & discharge) mencapai 300 sampai 500 kali, tergantung teknik pengisian dan temperatur batere. Mengenai besarnya temperatur juga tertera pada wadah batere, biasanya berkisar 25oC.

Rangkaian elektronik pengisi batere dengan tegangan konstan dapat merujuk pada regulator tegangan yang sudah di bahas di atas.

    Banyak jenis rangkaian pembangkit arus konstan. Sebuah contoh rangkaian elektronik yang menghasilkan arus konstan pada sistem pengisi batere dapat dilihat pada gambar berikut:



    Secara teoritis, potensial barrier dari sebuah transistor silikon adalah 0,7 volt namun dalam praktek saat diukur dengan AVO neter atau diimplementasikan kadang kita menjumpai angka 0,6 volt. Pada gambar di atas, R2 yang terhubung ke bumi akan menyulut Q1 mencapai kondisi kerja. Q1 yang tersulut akan menyebabkan arus dari Vcc mengalir ke emitornya melalui R1 dan membentuk tegangan pada pertemuan tersebut. Emitor Q1 juga terhubung pada basis Q2 maka ketika tegangan mencapai 0,6 volt secara otomatis juga menyulut kerja Q2. Kondisi Q2 yang tersulut akan mereduksi arus umpan R1 untuk mengoreksi keluaran Q1 dan menyebabkan tegangan pada R1 akan dibatasi pada 0,6 volt.  Karena nilai R1adalah 10 ohm maka arus yang mengalir pada emitor Q1 kita anggap sama dengan kolektor dengan pendekatan sebagai berikut:

IC = IE = 0,6 / R1 = 0,6 / 10 = 0,06A atau 60 mA

Dikaitkan dengan batere SLA kita yang 1,2Ah maka ini akan menyediakan arus pengisian 0,05C atau memerlukan 20 jam lama pengisian jika batere dalam keadaan benar-benar kosong.


Bagian ketiga adalah unit kendali keluaran

    Bagian terakhir ini berfungsi sebagai pengendali dari kerja perangkat catu daya. Fungsi pengendalian adalah mengatur keluaran dari catu daya. Normalnya keluaran catu daya yang berasal dari regulator adalah 13,6 volt. Pada keadaan sumber listrik utama padam, maka secara otomatis keluaran dihasilkan melalui batere. Penggunaan batere yang terus menerus akan menyebabkan muatan batere berkurang dan tegangan batere turun. Kondisi batere yang kehabisan muatan ditandai dengan tegangan keluarannya mencapai 10,5 volt. Unit kendali harus memutus keluarannya. Karena di bawah tegangan tersebut umumnya rangkaian yang di dayai cenderung menunjukkan kinerja yang buruk. Berdasarkan pengalaman penulis dalam penggunaan pada sistem pintu akses menyebabkan kegagalan catu daya untuk menggerakkan relay.

Rangkaian lengkap dari catu daya 1A dengan regulator tegangan dapat dilihat sebagai berikut:



    Catu daya menggunakan transformer daya penurun tegangan dengan keluaran 1 ampere pada tegangan 15 Vac. Tegangan akan disearahkan dengan dioda jembatan untuk menghasilkan tegangan 21,4 Vdc. Rangkaian menggunakan regulator LM117 yang memiliki kemampuan hingga 1,2 A namun untuk itu perlu penggunaan pendingin. Keluaran regulator disetel melalui VR1 untuk besar tegangan regulasi 13,6 volt. Dari harga R1, R2 dan VR1 di atas, tegangan dapat disetel antara 12,2 volt  sampai 14,7 volt.

Sekarang kita lihat rangkaian pengisi batere dan kendali keluarannya.



    Keluaran dari catu daya teregulasi sebesar 13,6 volt terhubung ke keluaran setelah melalui D2 dan L1. Selain itu juga digunakan untuk mengaktifkan relay K1. Kontak relay K1E1 terhubung paralel dengan diode D4 yang merupakan keluaran dari batere. Posisi K1E1 adalah NO jadi selama sumber utama ada maka posisinya selalu terbuka. Sebaliknya jika sumber utama padam maka  akan menghubung singkat D4 dan batere terhubung langsung dengan keluaran untuk mengurangi rugi tegangan.

    Rangkaian pengisi batere terdiri dari regulator arus yang terdiri dari Q101, Q103, R101 dan R102; dan regulator tegangan Q102 dan ZD101. Regulator arus menghasilkan arus konstan sebesar 60 mA atau 0,05C untuk pengisian batere 1,2 Ah selama 20 jam. Regulator tegangan membatasi tegangan pada batere yang terisi tak lebih dari 13,6 volt sekaligus memberikan tegangan standby dari siklus pengisian untuk menjaga kesegaran batere. Fungsi D101 adalah untuk mencegah arus balik dari batere ke rangkaian regulator arus.

    Kendali keluaran dibangun dengan komparator LM339. Rangkaian ini berfungsi untuk mengendalikan keluaran terhadap kondisi batere. Komparator akan memeriksa masukan dari keluaran catu daya melalui R201 dan R202. Keluaran ini dibandingkan dengan tegangan referensi yang dibentuk oleh R204, R205 dan R206. Pada saat komparator cut-off maka tegangan referensi adalah hasil bagi antara R204 dan R205 yaitu 2,5 volt. Sementara jika saturasi maka tegangan referensi dipengaruhi oleh R205 menjadi 2,16 volt.

    Ketika pertama kali catu daya dihidupkan keluaran komparator dalam keadaan cut-off. Begitu tegangan catu melewati 12,25 volt maka komparator akan trip menjadi saturasi dan menggerakkan relay K201. Kondisi ini untuk menghubungkan batere pada keluaran catu daya.

    Jika catu daya utama mati maka keluaran ditangani oleh batere. Penggunaan batere secara terus menerus akan menyebabkan muatannya hilang dan tegangan turun. Jika tegangan batere turun mencapai 10,6 volt dan tegangan terdeteksi pada R201 dan R202 di bawah 2,16 akan menyebabkan komparator trip menjadi cut-off. Komparator akan memutuskan hubungan batere dengan keluaran yang menuju ke perangkat elektronik. Jika komponen relay K1 ditiadakan berarti K1E1 juga tidak ada, maka tegangan trip batere menjadi 11,2 volt.

Demikian catu daya kita. Untuk ampere yang lebih besar mungkin rangkaian di atas perlu dimodifikasi dengan penggantian beberapa komponen yang disesuaikan kemampuannya. Bahkan jika perlu dilengkapi dengan berbagai proteksi.